
IBC, JAKARTA – Terkait adanya ancaman teror saat terjadi kerumunan massa yang menamakan People Power atau berganti menjadi Gerakan Kedaulatan Rakyat ketika pengumuman hasil pemilu 2019 oleh KPU berlangsung pada 22 Mei mendatang.
Menyikapi hal tersebut, Pengamat Intelijen, Stanislaus Riyanta mengatakan ada dua hal yang harus diperhatikan. Pertama, adanya ancaman seperti kelompok teroris atau dari pihak lain yang ingin memperkeruh suasana dengan menciptakan kondisi supaya terjadi benturan massa.
Kedua, adalah kerawanan, yaitu adanya kerumunan massa dan konsentrasi pengamanan. Kerawanan ini lah yang menjadi pintu masuk terjadinya ancaman.
“Teroris tentu mempunyai target, mereka memang anti dengan sistem demokrasi dan propaganda terkait antidemokrasi ini sudah didengungkan dalam beberapa bulan terakhir,” ungkap Stanislaus Riyanta kepada pewarta Indonesia Berita melalui jaringan pribadi WA, Minggu sore (19/5/2019).
Menurut pria yang akrab disapa Stanis itu, kelompok teroris tidak mempunyai hubungan langsung dengan kelompok politik karena mereka antidemokrasi, namun teroris memanfaatkan kerawanan dalam pemilu sebagai momentum untuk melakukan aksinya, apalagi didukung dengan publikasi media. Jika mereka berhasil meciptakan ketakutan dengan terornya dan dipublikasikan media, maka mereka sudah berhasil.
Stanis menambahkan dalam menjalankan aksinya teroris tentu mempunyai perencanaan. Normatifnya mereka mempunyai beberapa sasaran berdasarkan prioritas. Prioritas pertama adalah yang dianggap sebagai musuh mereka alias thagut, seperti aparat keamanan dan simbol-simbol barat. Selain itu, kerumunan massa juga bisa menjadi sasaran terutama untuk menarik perhatian publlikasi.
“Semakin banyak korban akan semakin tinggi publikasinya, maka akan semakin sukses kelompok teroris dalam menebar ketakutan di masyarakat. Sasaran selain kerumunan massa di depan KPU adalah tempat ibadah, dimana dalam beberapa kasus sudah sering terjadi di Indonesia,” ujar Stanis.
Karena itu, Stanis menghimbau kepada seluruh masyarakat yang beraktivitas maupun berdomisili di Jakarta tidak perlu khawatir selama tidak menciptakan momentum dan kerawanan bagi kelompok teroris.
“Masyarakat sebaiknya menjalankan aktifitas seperti biasa, namun jangan menciptakan situasi yang mudah disusupi seperti kerumunan. Percayakan keamanan kepada Polri dan TNI yang bertugas,” tutup Stanis.
Editor : YES
Berita ini telah tayang di Situs Berita INDONESIA BERITA