Iklan

Iklan

,

Menu Utama

Iklan

AFG Soroti Lemahnya Perhatian Pemprov Sulsel, Prestasi Atlet Tak Bisa Dibalas dengan Janji Kosong

, Rabu, Juni 25, 2025 WIB Last Updated 2025-06-24T16:27:40Z

Foto Ahmad Fauzan Guntur. (Doc/pribadi)

KABARSINJAI.COM, MAKASSAR – Sembilan bulan berlalu sejak gemuruh kemenangan PON Aceh-Sumut mereda, namun janji penghargaan untuk para atlet Sulsel yang berjaya di ajang nasional itu masih tertahan di meja birokrasi. Bonus belum juga cair, sementara harapan perlahan berubah menjadi kecewa.


Senin (23/6/2025), belasan atlet Sulsel mendatangi DPRD Sulawesi Selatan, mengadu dan menagih hak mereka bonus kemenangan yang belum terbayarkan. Nilainya tak sedikit: lebih dari Rp22 miliar untuk seluruh peraih medali. Sayangnya, Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Sulsel mengaku hanya memiliki anggaran Rp6,7 miliar.


Anggota Komisi E DPRD Sulsel, Achmad Fauzan Guntur, mengaku prihatin atas situasi ini. Ia menilai Dispora gagal menunjukkan penghargaan yang pantas atas kerja keras dan prestasi para atlet.


“Mereka tidak datang membawa polemik—mereka datang karena tidak mendapat kepastian,” tegasnya dalam rapat dengar pendapat bersama Dispora. “Atlet tidak butuh dijelaskan soal triwulan, soal regulasi. Mereka hanya ingin hak mereka dipenuhi.”


Bukan hanya persoalan bonus, Fauzan menyoroti kecilnya dukungan pemerintah terhadap kesejahteraan atlet. Ia mengungkapkan bahwa uang saku atlet Sulsel di PON Aceh Sumut hanya Rp1,5 juta jauh di bawah standar provinsi lain.


“Kalau kita tidak bisa dukung dari awal dari nutrisi, pelatihan, insentif jangan terlalu berharap bisa bersaing di peringkat nasional,” tambah AFG akronim Ahmad Fauzan Guntur legislator dari Fraksi PPP tersebut.


Komisi E sendiri merekomendasikan agar bonus atlet dibayar bertahap. Namun usulan ini masih menyisakan pertanyaan tentang komitmen jangka panjang pemerintah dalam membina atlet, tidak sekadar memberi janji ketika sorotan media sedang tinggi.


Di tengah ketidakpastian itu, suara para atlet menjadi pengingat, prestasi bukan hanya soal podium, tapi soal bagaimana negara menghargai mereka yang mengangkat nama daerah dengan keringat dan kesetiaan. (*)


Iklan