KABARSINJAI – Profesi pedagang sapi pada umumnya dilakoni seorang laki-laki, namun itu tidak berlaku di Bumi Panrita Kitta’ sebutan daerah Kabupaten Sinjai, profesi ini justru dilakoni oleh seorang perempuan.
Dia adalah H. Jumriah. Seorang pedagang sapi atau pengusaha asal Desa Talle, Kecamatan Sinjai Selatan. Bahkan dirinya layak dinobatkan satu-satunya pedagang sapi perempuan di Kabupaten Sinjai.
Profesi ini awalnya dilakoni H. Jum, begitu sapaan akrabnya pada tahun 2013 silam. Profesi yang dilakoninya sekitar 10 tahun ini, bahkan telah dikenal sampai ke pulau Kalimantan.
Pasar penjualan sapi H. Jum sampai di ke Kalimantan Timur (Kaltim). Yang paling terjauh sampai ke Kabupaten Tarakan dan Nunukan Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara).
“Sejak 2013 saya melakoni profesi saya ini menjadi pedagang sapi. Kalau sapi yang saya jual itu biasa saya kirim ke Kalimantan sampai Tarakan dan Nunukan,” ucapnya, Sabtu (10/6/2023)
Sapi potong yang dikirim ke pembeli di Kalimantan kata dia adalah sapi lokal Sinjai hasil kawin alami. Ada juga sapi hasil inseminasi buatan (IB) yang merupakan program pemerintah kabupaten (Pemkab) Sinjai disektor peternakan.
Harganya pun jangan dipandang enteng, sebab harga sapi potong Sinjai bagi konsumen di Kalimantan berbanding lurus dengan kualitas sapi potong Sinjai mulai harga Rp12 juta hingga Rp35 juta per ekornya.
“Konsumen di Kalimantan sudah sangat puas dengan sapi potong Sinjai. Kalau kita bilang sapi potong dari Sinjai, dia sudah tahu kualitasnya bagaimana. Dan yang paling bagus itu sapi hasil IB karena sudah bisa dikatakan sapi impor,” sambungnya.
Sebelum dikirim ke Kalimantan melalui via Laut di pelabuhan Parepare, H. Jum mengaku sapi potong miliknya sehat dan layak untuk dikonsumsi, pasalnya mendapatkan layanan pemeriksaan kesehatan dari instansi terkait dalam hal ini Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Sinjai, mulai dari Kartu ternak, vaksin Jembrana dan PMK.
Untuk intensitas pengiriman sapi potong, lanjut dia tergantung dari permintaan konsumen di Kalimantan. Namun yang pasti kata H. Jum dalam sebulan, pihaknya kadang melakukan pengiriman 2-3 kali. Dalam sekali kirim dia biasanya mengirim sapi potong tidak kurang dari 90 ekor sapi.
“Kalau pengirimannya itu tergantung pesanan dari Kalimantan, paling banyak biasanya 90 ekor. Itu pun sebelum dikirim melalui beberapa tahapan mulai dari dokumen hingga kesehatan sapi yang sudah dipastikan oleh teman-teman dari dinas peternakan,” tambahnya.
Ia bahkan mengaku saat ini masih kebanjiran orderan untuk persiapan Sapi Kurban di momen IdulAdhan1444 Hijriah.
Setiap usaha tidak mengkhianati hasil, begitulah peribahasa yang layak disematkan kepada H. Jum, lantaran hasil dari menjadi pedagang sapi potong lintas daerah mampu menyekolahkan putri pertamanya di sekolah penerbangan dan putri bungsunya yang kini tengah mengenyam pendidikan di salah satu universitas di Kota Makassar.
Dari hasil itu pula, H. Jum mengaku, telah membeli mobil dan naik haji. “Alhamdulillah, kalau bicara omset menjadi pedagang sapi cukuplah. Sampai naik haji juga dari hasil sapi juga, sampai sekolahkan dua putri saya juga dari hasil sapi,” jelasnya.
Kini, H. Jum memiliki 5 karyawan yang bertugas merawat sapi potong, hingga membantu dalam proses pengiriman ke Kalimantan. “Alhamdulillah dibantu sama 5 karyawan saya yang mengurusi sapi potong yang akan kami jual atau kirim ke Kalimantan. Sangat bersyukur karena mampu membuka lapangan pekerjaan untuk yang lainnya,” kuncinya. (AC)