Iklan

Iklan

,

Menu Utama

Iklan

BMKG Peringatkan Periode Cuaca Paling Aktif Jelang Akhir Tahun

, Jumat, Desember 12, 2025 WIB Last Updated 2025-12-12T03:03:10Z

 


KABARSINJAI.CO, Jakartq - Memasuki akhir tahun, Indonesia masuk pada periode cuaca paling dinamis. Bukan hanya karena puncak musim hujan, tetapi juga akibat bertemunya berbagai fenomena atmosfer dan kelautan yang membuat kondisi cuaca semakin tidak stabil.


Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa sepanjang Desember hingga Februari, atmosfer Indonesia berada dalam fase “padat merayap”. Pada periode ini, sejumlah sistem cuaca bekerja bersamaan—mulai dari monsun Asia, gelombang atmosfer, hingga potensi siklon tropis di kawasan selatan.


Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa dinamika atmosfer berskala global, regional, hingga lokal tengah aktif dan dapat memicu cuaca ekstrem di berbagai wilayah.


“Gelombang Rossby Ekuator, Gelombang Kelvin, dan Madden-Julian Oscillation (MJO) masih mendominasi dan meningkatkan peluang hujan di banyak wilayah Indonesia,” ujar Guswanto dalam keterangan resminya, Kamis (4/12).


Monsun menguat, gelombang meningkat


Memasuki Desember, hembusan angin monsun dari Asia menuju Australia mulai memperlihatkan peningkatan intensitas. Di Laut China Selatan dan perairan Natuna, kecepatan angin tercatat sudah melampaui 18 km/jam. Sementara di sejumlah laut dalam seperti Selat Karimata hingga Laut Banda, kecepatan angin masih relatif rendah.


Puncak penguatan monsun diperkirakan terjadi pada Januari. Pada fase ini, angin kencang akan meluas di banyak perairan Indonesia dengan kecepatan lebih dari 18,5 km/jam dan berpotensi meningkatkan tinggi gelombang hingga menembus lebih dari 1 meter. Memasuki Februari, monsun mulai melemah, namun kondisi laut belum sepenuhnya stabil, terutama di wilayah yang berhadapan langsung dengan samudra.


Dampak gelombang alun dan siklon tropis


Selain monsun, kehadiran gelombang alun (swell) dari Samudra Hindia dan Pasifik juga berperan menaikkan tinggi gelombang, khususnya di barat Sumatra, selatan Jawa hingga NTT, dan beberapa perairan Papua. Pada saat yang sama, potensi munculnya siklon tropis di belahan bumi selatan dapat memperkuat angin serta meningkatkan gelombang di selatan Indonesia.


BMKG juga menegaskan bahwa kondisi atmosfer Indonesia dipengaruhi oleh berbagai fenomena lain, termasuk ENSO, IOD, serta gelombang atmosfer seperti MJO, Kelvin, dan Rossby yang bergerak dalam skala mingguan. Dinamika harian seperti angin darat–laut hingga fenomena lintas kawasan seperti Cold Surge dan Borneo Vortex turut memperkaya kompleksitas cuaca.


Topografi Indonesia menambah kompleksitas


Karakter geografis Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau, celah sempit, gunung, bukit, dan lembah membuat aliran angin tidak pernah bergerak lurus. Belokan angin di berbagai titik inilah yang menghasilkan pola angin, gelombang, dan kondisi cuaca yang berbeda-beda antarwilayah.

Iklan