![]() |
Kantor Bupati Sinjai di Tanassang, Kelurahan Alehanuae, Kecamatan Sinjai Utara. (Ist) |
KABARSINJAI.COM - Di tengah tantangan ekonomi yang masih membayangi sejumlah daerah, Kabupaten Sinjai justru tampil sebagai salah satu contoh nyata keberhasilan dalam menurunkan angka kemiskinan secara signifikan.
Berdasarkan laporan terbaru Sulawesi Selatan Dalam Angka 2025 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), Sinjai kini keluar dari daftar 10 besar kabupaten termiskin di Sulawesi Selatan, menempati posisi ke-14 dengan persentase 7,82 persen. Sebuah pencapaian yang mencerminkan kerja nyata dan strategi pembangunan yang inklusif.
Untuk posisi pertama kabupaten termiskin di Sulsel ditempati oleh Kabupaten Pangkep dengan 12,41 persen. Berturut-turut di bawahnya ada Jeneponto (11,82 persen), Luwu (11,70 persen), Enrekang (11,25 persen), Luwu Utara (11,24 persen), Kepulauan Selayar (10,79 persen), Tana Toraja (10,79 persen), Toraja Utara (10,73 persen), Bone (9,58 persen), dan Maros (9,32 persen).
Bupati Sinjai, Hj. Ratnawati Arif, menyampaikan bahwa keberhasilan ini bukan hasil kebetulan. Melalui program pemberdayaan UMKM, perlindungan sosial yang tepat sasaran, serta perluasan akses layanan dasar, Sinjai tampil sebagai wajah baru pembangunan berbasis keadilan sosial.
"Setiap program bukan sekadar bantuan, tetapi investasi masa depan warga. Kami ingin perubahan yang nyata dan merata," tegasnya, Minggu (29/6/2025).
Dengan pendekatan kolaboratif dari level kabupaten hingga desa, Sinjai memberi contoh bahwa pembangunan yang berpihak pada rakyat bukan sekadar janji, tetapi sebuah pola kerja terencana dan berkelanjutan.
Di saat daerah lain masih berjibaku, Sinjai menunjukkan bahwa harapan itu nyata, asal dikelola dengan hati dan strategi yang berpihak.
Sebelumnya penurunan kemiskinan Kabupaten Sinjai sesuai data BPS tak main-main, 0,73 persen lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang berada di angka 8,55 persen.
Tren positif ini bukan semata kebetulan. Sejak 2020, angka kemiskinan di Sinjai terus menurun. Dari 9,00 persen (22.260 jiwa) di 2020, ke 8,84 persen di 2021, 8,80 persen di 2022, hingga akhirnya menyentuh angka terendah dalam lima tahun terakhir pada 2024. (*)